Chuminkchai’s Blog
Just another WordPress.com weblog

GAYA BELAJAR

Para ahli di bidang pendidikan mencoba mengembangkan teori mengenai gaya belajar sebagai cara untuk mencari jalan agar belajar menjadi hal yang mudah dan menyenangkan. Sebagaimana kita ketahui, belajar membutuhkan konsentrasi. Situasi dan kondisi untuk berkonsentrasi sangat berhubungan dengan gaya belajar Anda. Jika Anda mengenali gaya belajar Anda, maka Anda dapat mengelola pada kondisi apa, dimana, kapan dan bagaimana Anda dapat memaksimalkan belajar Anda. Apa gaya belajar itu?
cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut
Gaya belajar setiap orang dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan . Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah dalam diri seseorang bahkan dengan latihan sekalipun. Tetapi ada juga hal-hal yang dapat dilatihkan dan disesuaikan dengan lingkungan yang terkadang justru tidak dapat diubah.
Mengenali gaya belajar sendiri, belum tentu membuat Anda menjadi lebih pandai. Tapi dengan mengenali gaya belajar, Anda akan dapat menentukan cara belajar yang lebih efektif. Anda tahu bagaimana memanfaatkan kemampuan belajar secara maksimal, sehingga hasil belajar Anda dapat optimal.

Faktor lingkungan yang mempengaruhi konsentrasi belajar adalah suara, pencahayaan, temperatur, dan desain belajar.
Suara
Tiap orang mempunyai reaksi yang berbeda terhadap suara. Ada yang menyukai belajar sambil mendengarkan musik keras, musik lembut, ataupun nonton TV. Ada juga yang suka belajar di tempat yang ramai, bersama teman. Tapi ada juga yang tidak dapat berkonsentrasi kalau banyak orang di sekitarnya. Bahkan bagi orang tertentu, musik atau suara apapun akan mengganggu konsentrasi belajar mereka. Mereka memilih belajar tanpa musik atau di tempat yang mereka anggap tenang tanpa suara. Namun, beberapa orang tertentu tidak merasa terganggu baik ada suara ataupun tidak. Mereka tetap dapat berkonsentrasi belajar dalam keadaan apapun.
b. Pencahayaan
Pencahayaan merupakan faktor yang pengaruhnya kurang begitu dirasakan dibandingkan pengaruh suara. Mungkin karena relatif mudah mengatur pencahayaan sesuai dengan yang Anda butuhkan.
c. Temperatur
Pengaruh temperatur terhadap konsentrasi belajar pada umumnya juga tidak terlalu dipermasalahkan orang. Namun, Anda perlu mengetahui bahwa reaksi tiap orang terhadap temperatur berbeda. Ada yang memilih belajar di tempat dingin, atau sejuk; sedangkan orang yang lain memilih tempat yang hangat.
d. Desain Belajar
Jika Anda sedang membaca, menulis, atau meringkas modul yang membutuhkan konsentrasi, coba perhatikan, apakah Anda merasa lebih nyaman untuk melakukannya sambil duduk santai di kursi, sofa, tempat tidur, tikar, karpet atau duduk santai di lantai? Jika salah satu cara tersebut  merupakan cara yang membuat Anda lebih mudah berkonsentrasi untuk belajar, maka mungkin Anda termasuk orang yang membutuhkan desain informal atau cara belajar tidak formal yang santai.
Jika Anda termasuk tipe yang membutuhkan desain formal, maka mungkin Anda lebih mudah berkonsentrasi jika belajar dengan kursi dan meja belajar. Lengkapi tempat belajar Anda dengan kalimat-kalimat positif, foto, gambar, atau jadwal belajar yang dapat meningkatkan semangat belajar Anda. Yang penting, sesuaikan dengan tipe Anda, baik tipe informal maupun tipe formal.
HAL-HAL YANG PERLU DISIAPKAN SEBELUM BELAJAR
Motivasi
Motivasi tiap orang untuk belajar berbeda-beda. Motivasi sudah ada pada saat seseorang akan melakukan sesuatu, namun mungkin tidak Anda sadari. Anda perlu mengetahui apa sebenarnya motivasi belajar Anda. Atau bisa juga lebih khusus, misalnya apa motivasi Anda untuk mengambil matakuliah tertentu.
Mungkin Anda mengikuti perkuliahan di UT untuk mendapatkan gelar sarjana sebagai syarat kenaikan pangkat. Apapun motivasi Anda, cobalah untuk mengenalinya. Bergabunglah dengan mahasiswa lain yang memiliki motivasi yang sama. Dengan cara tersebut, Anda akan dapat saling memotivasi untuk berhasil. Sebagai contoh: mahasiswa yang mengikuti kuliah di UT sebagai upaya untuk persyaratan kenaikan pangkat, mungkin dapat berkumpul bersama mereka yang memiliki tujuan yang sama untuk saling memotivasi. Bayangkan, jika teman Anda berhasil untuk naik pangkat setelah lulus UT, Anda tentunya akan termotivasi untuk mengikuti jejaknya bukan?!
Anda juga dapat bergabung dengan mereka yang tujuan belajarnya berbeda untuk saling meningkatkan motivasi belajar. Apapun caranya, yang penting adalah memperkuat motivasi belajar Anda.
Keteraturan/ketekunan
Dalam mempelajari modul, maka orang yang mempunyai ketekunan tinggi akan berusaha membacanya sampai selesai secara teratur. Mereka akan merasa terganggu kalau suatu topik bahasan yang mereka baca belum terselesaikan. Sedangkan orang yang memiliki ketekunan rendah, mudah kehilangan minat untuk belajar. Mereka tidak merasa terganggu jika mereka tidak selesai membaca modul seluruhnya. Bagi tipe ini, mungkin tugas belajar yang cocok bagi mereka adalah tugas-tugas kecil yang termasuk “short assignment”. Cobalah membaca modul sedikit demi sedikit sambil diselingi kegiatan lain, seperti membuat ringkasan, atau mengerjakan tes formatif. Dengan cara memecah tugas belajar seperti itu, diharapkan  Anda akan tetap termotivasi dalam menyelesaikan tugas jangka panjang, yaitu membaca modul secara keseluruhan.
 
Beban Tugas
Tebalnya modul yang harus Anda pelajari seringkali mematahkan semangat untuk belajar. Namun bagi mahasiswa tertentu, semakin tebal atau banyak modul yang harus dibaca, semakin bersemangat dalam belajar. Di sisi lain, ada tipe orang yang justru menganggap berat untuk membaca modul yang banyak dan tebal. Mereka cenderung termotivasi jika beban belajar sedikit. Jika Anda termasukyang alergi terhadap modul yang tebal, maka Anda dapat mencoba untuk membuat tugas membaca modul menjadi “short assignment” seperti pada aspek ketekunan. Buat jadwal membaca modul yang tidak terlalu panjang. Bacalah modul sedikit demi sedikit. Yang terpenting adalah memecah beban tugas menjadi bagian kecil sesuai dengan tipe Anda untuk menjaga semangat belajar.
Jika Anda termasuk tipe kombinasi, maka Anda dapat menggabungkan kiat-kiat belajar dari kedua tipe yang lain.
 
Terstruktur/tidak terstruktur
Mahasiswa tertentu memilih belajar dengan cara/aturan yang terstruktur.Misalnya, belajar dengan jadwal belajar yang teratur, membuat sistem kontrak dalam belajar, atau membutuhkan pengarahan yang rinci dari dosen maupun orang-orang yang lebih tahu. Sebaliknya, Anda mungkin merasa terbebani bila harus membuat jadwal belajar. Jika ini terjadi, Anda mungkin termasuk tipe orang yang tidak terstruktur. Anda tidak perlu merasa bersalah bila Anda justru tidak suka membuat jadwal belajar yang teratur. Anda tetap dapat membuat jadwal belajar dengan gaya Anda sendiri.
Memahami Gaya Belajar Agar Makin Pintar
Belajar ternyata punya gaya berbeda-beda. Bila kita paham gaya kita, boleh jadi kita lebih pintar dari seharusnya.

Lain ladang, lain ikannya. Lain orang, lain pula gaya belajarnya. Pepatah di atas memang pas untuk menjelaskan fenomena bahwa tak semua orang punya gaya belajar yang sama. Pun bila mereka bersekolah di sekolah atau bahkan duduk di kelas yang sama.
Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatnya. Ada yang cepat, sedang dan ada pula yang sangat lambat. Karenanya, mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama.
Sebagian siswa lebih suka guru mereka mengajar dengan cara menuliskan segalanya di papan tulis. Dengan begitu mereka bisa membaca untuk kemudian mencoba memahaminya. Tapi, sebagian siswa lain lebih suka guru mereka mengajar dengan cara menyampaikannya secara lisan dan mereka mendengarkan untuk bisa memahaminya. Sementara itu, ada siswa yang lebih suka membentuk kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan yang menyangkut pelajaran tersebut.
Cara lain yang juga kerap disukai banyak siswa adalah model belajar yang menempatkan guru tak ubahnya seorang penceramah. Guru diharapkan bercerita panjang lebar tentang beragam teori dengan segudang ilustrasinya, sementara para siswa mendengarkan sambil menggambarkan isi ceramah itu dalam bentuk yang hanya mereka pahami sendiri.
Apa pun cara yang dipilih, perbedaaan gaya belajar itu menunjukkan cara tercepat dan terbaik bagia setiap individu bisa menyerap sebuah informasi dari luar dirinya. Karenanya, jika kita bisa memahami bagaimana perbedaan gaya belajar setiap orang itu, mungkin akan lebih mudah bagi kita jika suatu ketika, misalnya, kita harus memandu seseorang untuk mendapatkan gaya belajar yang tepat dan memberikan hasil yang maksimal bagi dirinya.
Tentu saja, sebelum kita sendiri mengajarkannya pada orang lain, langkah terbaik adalah mengenali gaya belajar kita sendiri. Pertimbangan ini yang seringkali kita lupakan. Dengan kata lain, kita sendiri harus merasakan pengalaman mendapatkan gaya belajar yang tepat bagi diri sendiri, sebelum menularkannya pada orang lain. Ada banyak alasan dan keuntungan yang bisa kita dapatkan bila kita mampu memahami ragam gaya belajar, termasuk gaya kita sendiri.
Kalangan tua, biasanya menyerap banyak pengetahuan tentang gaya belajar, berdasarkan pengalaman yang telah mereka lewati. Misalnya, mereka pernah bekerja, menjalani latihan militer, mendidik dan membimbing anak, dan sebagainya. Rangkaian pengalaman yang mereka lewati itu, sesungguhnya, adalah bagian dari cara mereka mendapatkan pelajaran berarti yang mungkin bisa kita serap untuk melihat seperti apa sebetulnya gaya belajar yang tepat bagi kita. Apa pun gaya yang akan kita pilih dan ikuti, hal terpenting yang tak boleh dilupakan: lakukan apa yang memang akan bermanfaat bagi Anda!
Ada beberapa tipe gaya belajar yang bisa kita cermati dan mungkin kita ikuti bila memang kita merasa cocok dengan gaya itu. Pertama, Gaya Belajar Visual (Visual Learners). Gaya belajar seperti ini menjelaskan bahwa kita harus melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya.
Ada beberapa karakteristik yang khas bagai orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini. Pertama adalah kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya, kedua memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, ketiga memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik, keempat memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung, kelima terlalu reaktif terhadap suara, keenam sulit mengikuti anjuran secara lisan, ketujuh seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
Untuk mengatasi ragam masalah di atas, ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan, sehingga belajar tetap bisa dilakukan dengan memberikan hasil yang menggembirakan. Pertama adalah menggunakan beragam bentuk grafis untuk menyampaikan informasi atau materi pelajaran. Perangkat grafis itu bisa berupa film, slide, gambar ilustrasi, coretan-coretan, kartu bergambar, catatan dan kartu-kartu gambar berseri yang bisa digunakan untuk menjelaskan suatu informasi secara berurutan.
Gaya belajar kedua disebut Auditory Learners atau gaya belajar yang mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu. Karakter pertama orang yang memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.
Ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan untuk belajar bila kita termasuk orang yang memiliki kesulitan-kesulitan belajar seperti di atas. Pertama adalah menggunakan tape perekam sebagai alat bantu. Alat ini digunakan untuk merekam bacaan atau catatan yang dibacakan atau ceramah pengajar di depan kelas untuk kemudian didengarkan kembali. Pendekatan kedua yang bisa dilakukan adalah dengan wawancara atau terlibat dalam kelompok diskusi.
Sedang pendekatan ketiga adalah dengan mencoba membaca informasi, kemudian diringkas dalam bentuk lisan dan direkam untuk kemudian didengarkan dan dipahami. Langkah terakhir adalah dengan melakukan review secara verbal dengan teman atau pengajar.
Gaya belajar lain yang juga unik adalah yang disebut Tactual Learners atau kita harus menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar kita bisa mengingatnya. Tentu saja, ada beberapa karekteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar kita bisa terus mengingatnya. Kedua, hanya dengan memegang kita bisa menyerap informasinya tanpa harus membaca penjelasannya. Karakter ketiga adalah kita termasuk orang yang tidak bisa/tahan duduk terlalu lama untuk mendengarkan pelajaran. Keempat, kita merasa bisa belajar lebih baik bila disertai dengan kegiatan fisik. Karakter terakhir, orang-orang yang memiliki gaya belajar ini memiliki kemampuan mengkoordinasikan sebuah tim dan kemampuan mengendalikan gerak tubuh (athletic ability).
Untuk orang-orang yang memiliki karakteristik seperti di atas, pendekatan belajar yang mungkin bisa dilakukan adalah belajar berdasarkan atau melalui pengalaman dengan menggunakan berbagai model atau peraga, bekerja di laboratorium atau bermain sambil belajar. Cara lain yang juga bisa digunakan adalah secara tetap membuat jeda di tengah waktu belajar. Tak jarang, orang yang cenderung memiliki karakter Tactual Learner juga akan lebih mudah menyerap dan memahami informasi dengan cara menjiplak gambar atau kata untuk belajar mengucapkannya atau memahami fakta.
Penggunaan komputer bagi orang-orang yang memiliki karakter Tactual Learner akan sangat membantu. Karena, dengan komputer ia bisa terlibat aktif dalam melakukan touch, sekaligus menyerap informasi dalam bentuk gambar dan tulisan. Selain itu, agar belajar menjadi efektif dan berarti, orang-orang dengan karakter di atas disarankan untuk menguji memori ingatan dengan cara melihat langsung fakta di lapangan. (sumber : http://www.tempo.co.id/edunet/ ; meiky/berbagai sumber)
 
Prinsip Belajar
Lalu, prinsip apa yang dapat kita terapkan dalam melakukan pembelajaran yang berkelanjutan? Ada dua prinsip yang harus kita perhatikan, yaitu:
Komitmen. Douglas Brown, seorang pakar bahasa, mengatakan bahwa jika ingin belajar dengan sukses, prinsip utamanya adalah komitmen, yaitu: komitmen secara fisik, mental, dan emosional. Prinsip ini tidak hanya berlaku bagi pembelajaran di bidang bahasa, melainkan juga di bidang-bidang lain. Menurut Brown, agar belajar memberikan hasil yang maksimal, seorang pembelajar perlu secara fisik memberikan komitmennya dalam belajar, misalnya dengan menyediakan waktu khusus untuk belajar, terlibat secara fisik dalam mencari bahan-bahan yang harus dipelajari, ataupun mencatat hal-hal penting yang ditemui dalam belajar. Komitmen secara mental juga diperlukan, yaitu dengan memproses informasi yang didapatkan (bukan sekedar mendengar informasi selintas, dari kuping kiri ke kuping kanan, atau membaca selintas tanpa menyimak). Komitmen secara mental bisa dilakukan misalnya dengan mengaitkan informasi yang baru diterima, dengan pengalaman kita, dan mencari cara ataupun kesempatan untuk menerapkan informasi baru ini untuk meningkatkan kualitas pekerjaan, kegiatan, dan kehidupan kita. Sedangkan komitmen secara emosional melibatkan upaya untuk ”menyukai” apa yang kita pelajari. Tanpa rasa ”senang” akan sulit bertahan dalam belajar, terutama jika kita menghadapi bagian-bagian yang sulit untuk dicerna. Kesenangan akan topik yang dipelajari akan tumbuh jika kita bisa mencari dan menggali manfaat dari topik yang dipelajari tersebut, atau jika kita memiliki minat yang tinggi terhadap topik tersebut.
Praktik. Prinsip lainnya adalah praktik. Mempraktikkan pengetahuan dan keterampilan yang baru dipelajari akan memberikan manfaat optimal bagi peningkatan kualitas hidup kita. Tanpa praktik, lama-kelamaan pengetahuan dan keterampilan tersebut akan menjadi usang. Seperti halnya belajar mengendarai mobil. Jika kita hanya ”membaca” dan ”memahami” petunjuk dalam mengendarai mobil, tanpa ada usaha untuk mencoba ”menjalankan” mobil tersebut, maka pengetahuan ini akan sia-sia, kita tidak akan bisa mengendarai mobil. Kita harus mau mencoba turun ke jalan. Pada mulanya pasti banyak hambatan, tapi dengan berjalannya waktu, dan keinginan untuk belajar dari tiap kesalahan yang kita lakukan, kita akan semakin mahir dalam mengendarai mobil. Jadi, pengetahuan dan keterampilan yang baru dipelajari, agar dapat memberikan manfaat yang optimal, perlu ”DIPRAKTIKKAN”.

Strategi Belajar Sukses
Setelah mengetahui manfaat belajar, apa yang harus dipelajari, dan prinsip yang bisa diterapkan untuk belajar, kita juga perlu mengetahui strategi belajar yang dapat memberikan hasil yang optimal. Banyak strategi belajar yang bisa kita pilih untuk diterapkan. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
Belajar Efisien. Survei yang dilakukan terhadap orang-orang yang sudah mencapai posisi puncak membuktikan bahwa mereka memiliki kebiasaan ”belajar”. Pertanyaan selanjutnya: Bagaimana mereka bisa memiliki waktu belajar di tengah kesibukan mereka? Ternyata mereka bisa belajar kapan saja, dimana saja, dan dari siapa saja. Selain dari membaca buku, majalah dan surat kabar di rumah, mereka juga bisa memanfaatkan waktu menunggu, waktu makan siang, waktu di jalan (berkendaraan, maupun dalam penerbangan dan perjalanan dengan kereta api) untuk menambah ilmu.
Selain membaca, mereka juga memanfaatkan waktu mereka untuk melakukan observasi lapangan berbagai hal yang terjadi sekitar mereka. Cara lain yang mereka terapkan adalah mendengarkan informasi berbentuk ”audio” (kaset, CD) dalam perjalanan atau dalam melakukan pekerjaan lain. Mereka juga menyerap informasi penting dan menarik dari diskusi dengan sesama profesional, atasan, bawahan, pelanggan, guru, pelatih, dan juga dari pesaing. Mereka juga sering menyempatkan diri untuk menghadiri seminar, workshop, ataupun pelatihan singkat, ataupun menyempatkan waktu untuk meningkatkan diri melalui sarana elektronik (misalnya: anggota beberapa mailing list, memanfaatkan fasilitas e-learning).
Belajar Efektif. Seperti juga kepribadian, setiap orang memiliki gaya belajar yang berbeda. Ada yang lebih mudah belajar melalui audio. Ada yang lebih dapat menyerap informasi yang berupa tampilan secara visual. Ada juga yang lebih mudah menyerap informasi melalui gerakan. Selain gaya belajar yang dihubungkan dengan indera, gaya belajar juga bisa dihubungkan dengan waktu. Sebagian orang lebih mudah belajar di pagi atau siang hari. Sedangkan sebagian lagi lebih mudah belajar di malam hari. Yang penting adalah mengenali gaya belajar kita. Setelah itu kita bisa menyusun strategi belajar yang disesuaikan dengan gaya belajar kita.
Misalnya, jika kita lebih mudah belajar di malam hari dan kita cenderung lebih efektif menyerap informasi dalam bentuk visual, maka strategi belajar kita adalah belajar hal-hal yang serius di malam hari dengan menggunakan input visual ataupun memvisualisasikan informasi yang kita terima (misalnya, kita bisa menggambarkan informasi yang kita baca dengan diagram, simbol-simbol, flowchart, grafik, yang dapat mempermudah pemahaman kita akan informasi yang akan kita serap).
Belajar Bijak. Pengalaman (terutama kegagalan, kesuksesan, kesalahan) adalah guru yang terbaik. Jadi, jangan pernah melewatkan kesuksesan yang kita raih, kegagalan yang kita alami, dan kesalahan yang kita lakukan tanpa memetik pengalaman dari hal-hal tersebut. Tetapi waktu kita untuk belajar dari pengalaman sangat terbatas. Kita tidak akan bisa memanfaatkan semua waktu yang kita dapatkan untuk mempelajari semua yang kita perlukan. Untuk itu, kita perlu belajar cerdas dan bijak. Yang bisa kita lakukan antara lain adalah belajar tidak hanya dari pengalaman kita sendiri, terutama adalah belajar dari pengalaman orang lain. Banyak cara yang bisa dilakukan, antara lain adalah membaca biografi orang-orang sukses. Dari artikel, buku biografi setebal puluhan sampai ratusan halaman, kita bisa memetik pengalaman berpuluh-puluh tahun dari orang-orang yang riwayat hidupnya dibukukan. Cara lain adalah membaca hasil survei di bidang-bidang yang kita minati. Hasil survei memetakan data dan informasi yang diekstraksi secara profesional dari pengalaman orang lain juga. Cara yang lebih mudah adalah ”bertanya” pada orang-orang yang kita anggap lebih berpengalaman dari kita dalam bidang-bidang yang kurang kita kuasai. Dengan belajar dari orang lain, kita bisa melipatgandakan pengetahuan yang kita dapatkan (yaitu pengetahuan dari pengalaman kita sendiri ditambah dengan pengetahuan dari orang-orang lain).
Di dunia yang bergerak cepat, banyak perubahan terjadi. Untuk mengendalikan perubahan ini, kita perlu belajar. Tanpa belajar, kita tidak bisa mengejar perubahan tersebut. Dengan belajar pun, jika tidak dilakukan dengan kecepatan yang sesuai dengan kecepatan perubahan tersebut, belum tentu juga kita dapat bertahan. Jadi, belajar sudah merupakan suatu keharusan, tetapi yang lebih diperlukan adalah belajar untuk sukses, yaitu belajar dengan menerapkan strategi belajar efesien, efektif dan bijak. Selamat belajar!n
 
Belajar Cepat dengan Konsep MASTER
Kategori Pengembangan Diri – Oleh Donald
Seperti yang saya tulis di post Pentingnya Belajar Cepat, di jaman ini kita dituntut untuk mampu belajar cepat. Kebetulan Jumat kemarin saya menghadiri sebuah seminar yang bertemakan Individual Competitiveness in a World That is Flat. Di situ sang pembicara (country manager Sybase Singapore) membahas mengenai hal-hal apa yang kita butuhkan untuk berhasil di dunia yang “datar” ini. Dan ia mengatakan bahwa kemampuan yang paling penting adalah kemampuan untuk belajar cepat.
Lalu bagaimana caranya untuk belajar cepat ? Konsep belajar cepat yang saya sukai adalah konsep MASTER yang saya jumpai di buku Accelerated Learning for the 21st Century. Istilah MASTER di sini adalah singkatan dari Motivating your mind, Acquiring the information, Searching out the meaning, Triggering the memory, Exhibiting what you know, dan Reflecting what you’ve learned. Berikut ini keterangan detailnya:
1.Motivating your mind (memotivasi pikiran)
Langkah pertama dalam belajar cepat adalah motivasi. Ini penting sekali. Berapa banyak orang yang berusaha untuk belajar tanpa motivasi ? Mereka menganggap belajar sebagai suatu bentuk “penderitaan”. Dengan sikap seperti ini bisa dibilang secara bawah sadar otak akan menolak informasi yang masuk karena dianggap negatif ! Jelas saja kita jadi sangat sulit belajar. Bandingkan dengan orang yang termotivasi, yang menganggap belajar itu seru dan mengasyikkan. Secara bawah sadar otak akan dengan senang hati mempersilakan informasi untuk masuk.
2.Acquiring the information (memperoleh informasi)
Ada tiga gaya belajar utama, yaitu visual (melalui penglihatan), auditori (melalui pendengaran), dan kinestetik (melalui tindakan). Kita akan lebih cepat menangkap informasi kalau kita belajar sesuai dengan gaya belajar kita. Oleh karenanya kita perlu mengenali gaya belajar yang cocok untuk kita lalu mempraktekkannya. Hasilnya kita akan lebih cepat menangkap informasi.
3.Searching out the meaning (menyelidiki makna)
Sekedar membiarkan informasi masuk sama sekali tidak cukup. Kita harus berusaha untuk mendapatkan makna dari informasi itu. Ini sama seperti mencerna informasi yang masuk sampai memahami hakikatnya luar dalam. Jadi bukan hanya menghafalkan fakta, tapi terus maju sampai memahami konteksnya dan penerapannya untuk hal-hal lain. Berapa banyak orang yang hanya berusaha menghafal fakta tanpa memahami maknanya ?
4.Triggering the memory (memicu memori)
Memahami makna merupakan hal yang sangat penting, tapi kita juga harus mampu mengingat fakta. Banyak orang yang punya daya ingat luar biasa. Contohnya ada orang Jepang yang menghafalkan angka pi sampai ribuan angka di belakang koma ! Ck…ck… (biasanya kita hanya hafal dua angka yaitu “14” dari “3.14”). Ada banyak teknik yang bisa memudahkan kita mengingat fakta. Singkatan seperti “MASTER” merupakan salah satunya. Akan jauh lebih mudah untuk mengingat enam langkah Accelerated Learning kalau kita memakai singkatan “MASTER”.
5.Exhibiting what you know (memamerkan apa yang anda ketahui)
Memamerkan di sini bukan berarti sok tahu. Yang dimaksud adalah kita harus berusaha membagikan ilmu kita ke orang lain. Saat membagikan ilmu ke orang lain kita justru akan mendapatkan lebih banyak lagi ! Percaya tidak ? Saya sendiri sudah sering membuktikan hal ini. Bagi saya, salah satu penerapan langkah kelima ini adalah menulis blog. Apa yang saya dapat saya bagikan dalam bentuk blog. Dan hasilnya … luar biasa ! Saya sendiri jadi jauh lebih mengerti tentang topik yang ditulis. Apalagi kalau mendapatkan masukan dari teman-teman dalam bentuk komentar :).
6.Reflecting what you’ve learned (merefleksikan bagaimana Anda belajar)
Nah, inilah langkah terakhir dalam konsep MASTER. Kita mesti mengevaluasi cara belajar kita. Mengapa ? Sebab setiap orang punya cara belajar yang unik yang berbeda dengan orang lain. Kita mesti mengembangkan gaya belajar pribadi yang paling cocok dengan kita. Dan ini tentu tidak bisa dicapai dalam waktu semalam. Kita harus mencoba, mengevaluasi, memperbaiki apa yang kurang, lalu mencoba lagi, dan seterusnya. Dengan terus mengevaluasi perlahan-lahan gaya belajar kita akan semakin tajam dan cocok dengan kita.

Bakat Anak Dari Gaya Belajar

Monday, 25 September 2006
Dalam ilmu tumbuh kembang anak bisa diambil kesimpulan bahwa seorang anak menunjukkan suatu pola ketika dia belajar sesuatu. Diantara pola – pola atau bisa disebut gaya belajar akan kami uraikan di bawah ini. Untuk itu pelajari kebiasaan anak Anda, sehingga bisa tahu bakat-bakatnya yang dimilikinya sehingga ke depannya kita bisa mengarahkan sehingga bisa berkembang secara optimal.
 
Gaya belajar kecerdasan linguistik :
1.mengarang puisi, merangkum pelajaran, menulis kisah sejarah
2.suka bercerita panjang lebar dan berkisah
3.menyukai permainan kata-kata
4.suka membaca buku
5.banyak bicara
6.cepat menangkap pelajaran yang disampaikan lewat penuturan
 
Gaya belajar kecerdasan matematis logis :
1.Menyukai pelajaran berhitung
2.Mudah memahami cara kerja computer
3.Suka memikirkan hal dan kejadian yang berkaitan sebab akibat
4.Pandai bermain catur, halma dan berbagai permainan strategis lain
5.Menjabarkan segala sesuatu secara logis
6.Cepat memahami pelajaran IPA dan matematika
7.Suka bereksperimen terhadap apa yang ingin diketahui
 
Gaya belajar kecerdasan spasial :
1.Menonjol dalam bidang seni
2.Mampu menggambarkan secara visual segala sesuatu
3.Mudah membaca peta, grafik dan diagram
4.Menggambar sosok orang atau benda sesuai aslinya
5.Senang melihat film, slide atau foto
6.Menyukai teka teki jigzaw, maze dan puzzle
7.Asyik dengan permainan konstruksi 3 dimensi seperti lego
8.Terbiasa mencoret-coret kertas jika jenuh
9.Lebih mudah membaca gambar daripada kata
 
Gaya belajar kecerdasan kinestetis-jasmani :
1.Kompetitif dalam bidang olahraga
2.Suka menggerak-gerakkan anggota badan di luar sadar
3.Sangat ingin menyentuh benda yang sedang dipelajari
4.Menikmati gerakan atletik atau sekedar menontonnya
5.Lebih mampu dalam bidang kerajinan tangan motorik halus
6.Suka menirukan gerakan dan kebiasaan orang
7.Gemar membongkar dan menyusun kembali benda-benda
 
Gaya belajar kecerdasan musikal :
1.Mudah mengikuti melodi lagu
2.Menyukai pelajaran musik dan menyanyi
3.Menyukai belajar dengan iringan musik
4.Suka menyanyi baik untuk diperdengarkan atau tidak
5.Mudah mengikuti irama musik
6.Peka terhadap beragam suara, irama dan nada
7.Cepat merespon berbagai jenis musik
 
Gaya belajar kecerdasan intrapersonal :
1.Pandai menyenangkan hati teman
2.Mudah beradaptasi dengan lingkungan dan orang baru
3.Suka bersosialisasi dengan lingkungan sekolah dan rumahnya
4.Menyukai kegiatan dan permainan kelompok
5.Bisa memahami dan berempati pada perasaan teman
6.Mampu bersikap netral di tengah pertikaian antar teman
7.Memiliki kemampuan mengkoordinir dan memimpin teman-temannya.
 
Gaya belajar kecerdasan natural :
1.Peka terhadap benda-benda alam
2.Suka memelihara binatang piaraan
3.Suka berkebun, berada di dekat kebun atau menikmati gambarnya
4.Menikmati system kehidupan seperti akuarium
5.Mengoleksi gambar, foto yang berkaitan dengan benda-benda alam
6.Suka mengumpulkan dan membawa pulang daun, batang, ranting, rumput atau bunga
7.Suka bermain-main dan berkreasi dengan bahan-bahan alam

Secara umum, Dr. Reni Akbor Howodi, Psi., membedakan tiga
gaya belajar. Pertama, Auditory. Orang yang termasuk dalam tipe ini
mengandalkan indera pendengarannya saat belajar. Di sekolah misalnya,
orang tipe auditory ini akan lebih mengerti pelajaran saat guru
“cuap-cuap” mengajar di depan kelas. Orang bertipe auditory umumnya
akan mengeluarkan suara ketika menghafal sesuatu. Dia butuh sesuatu
yang didengarkan oleh indera pendengarannya bahkan ketika dia sedang
belajar sendirian. Kedua, visual. Orang dengan gaya belajar visual
akan mengandalkan penglihatannya saat belajar. Gampangnya, “tunjukkan
pada saya dan saya akan mengerti”. Biasanya orang tipe ini senang
belajar dengan membaca (diam), memperhatikan orang mengerjakan sesuatu
(senang diberi contoh). Ketiga, kinesthetic. tipe belajar ini
menggunakan indera peraba, dengan merasakan sesuatu menggunakan indera
peraba (tangan). Orang dengan tipe kinesthetic ini harus aktif
mengerjakan sesuatu agar dapat mengerti, daripada sekadar duduk diam
membaca atau duduk diam mendengarkan guru mengajar. Dengan tipe ini,
orang butuh praktik ketika mempelajari sesuatu.
Sementara itu SmarterKids membuat tujuh kategori gaya belajar yang
bisa diadaptasi dalam upaya membantu anak-anak belajar lebih efektif.
Pertama, pendekatan belajar dengan sentuhan fisik. Pendekatan ini
diperuntukkan bagi anak-anak umumnya senang selalu bergerak. Kedua,
pendekatan intrapersonal yang tepat dilakukan pada anak yang umumnya
lebih suka menyendiri dan mandiri, meski bukan berarti antisosial.
Ketiga, pendekatan interpesonal seperti berinteraksi, berkelompok,
berdiskusi, bekerja dalam tim yang diperuntukkan bagi anak-anak atau
orang yang umumnya sangat suka melakukan segala sesuatunya secara
bersama. Keempat, pendekatan bahasa sangat cocok diterapkan pada
orang-orang atau anak-anak yang memiliki kecenderungan ini sangat
menyukai membaca buku, kata-katanya terpilih, dan sangat impresif
dalam tulisannya. Kelima, pendekatan matematis, tepat diberikan kepada
mereka yang memiliki kencederungan belajar secara matematis umumnya
suka dengan permainan yang memerlukan perhitungan untuk memecahkannya,
selalu menggunakan logika berpikir untuk menimbang segala sesuatunya,
sangat senang bila belajar dengan menggunakan gambar atau pola,
bermain dengan angka-angka, atau bentuk-bentuk garis tertentu, dan
senang bereksperimen. Keenam, belajar dengan musik, tepat diberikan
kepada anak-anak yang responsif, sensitif, suka musik, serta
menyukai belajar dengan suasana riang. Ketujuh, pendekatan belajar
visual. Anak-anak atau orang yang memiliki kesukaan terhadap tampilan
visual, umumnya akan mudah memahami suatu innformasi bila itu
ditampilkan secara visual dalam bentuk gambar atau tayangan.
Ketujuh pendekatan atau gaya tersebut, tentu tidak semuanya harus
diperkenalkan pada anak-anak atau siswa. Artinya, setiap anak belum
tentu menyukai semua pendekatan belajar di atas, meskipun mungkin
mereka bisa menggunakan lebih dari satu pendekatan di atas. Tidak ada
orang yang 100% berada dalam salah satu tipe belajar. Biasanya orang
memiliki lebih dari satu tipe belajar, hanya memang satu tipelah yang
paling dominan. Yang pasti, orangtua dan guru harus pandai-pandai
mencermati apa yang senang dilakukan anak mereka agar tak salah dalam
memperkenalkan gaya belajar yang tepat bagi anak-anak mereka.
Dari mana kita bisa tahu apa tipe belajar seseorang? Ada
beberapa cara. Pertama, saat menghafal sesuatu (entah mengafal rumus
atau sekadar menghafal nama orang ketika berkenalan), bersuara atau
tidak? Kedua, terganggukah dia dengan suara-suara gaduh di sekitarnya
ketika sedang mencoba berkonsentrasi. Ketiga, ketika belajar sesuatu,
apakah ia senang mencorat-coret kertas, membuat sketsa,
menulis/mengetik ringkasan. Keempat, apakah ia lebih cepat belajar
sesuatu ketika saya sudah mempraktikkan (mencoba melakukan) sendiri
apa yang sedang saya pelajari. Dua bukti pertama tadi menunjukkan ia
termasuk orang dengan tipe auditory. Dua bukti terakhir meyakinkan
kita bahwa ia termasuk orang dengan tipe belajar kinesthetic. Di
antara dua tipe tersebut, ia lebih dominan dalam tipe yang mana?
Sadarilah tipe belajar siswa bisa memaksimalkan kualitas belajarnya.
Lalu, prinsip apa yang dapat kita terapkan dalam melakukan
pembelajaran yang berkelanjutan? Pakar bahasa, Douglas Brown,
menyebutkan dua prinsip yang harus kita perhatikan. Pertama, komitmen
baik secara fisik, mental, dan emosional. Kedua
praktik. Mempraktikkan pengetahuan dan keterampilan yang baru
dipelajari akan memberikan manfaat optimal bagi peningkatan kualitas
hidup kita. Tanpa praktik, lama-kelamaan pengetahuan dan keterampilan
tersebut akan menjadi kadaluwarsa. Seperti halnya belajar mengendarai
mobil. Jika hanya “membaca” dan “memahami” petunjuk mengendarai mobil,
tanpa ada usaha untuk mencoba menjalankan mobil tersebut, pengetahuan
itu akan sia-sia. Jadi, pengetahuan dan keterampilan yang baru
dipelajari, agar dapat memberikan manfaat yang optimal, perlu drill.
Belajar bagi sebagian orang dirasakan sangat “alergi” , menakutkan,
dan menyiksa. Yang terbayang di benaknya adalah setumpuk tugas dan
buku tebal yang membosankan. Banyak yang berasumsi, bahwa mereka yang
sudah lama lulus dari sekolah tak perlu lagi belajar. Orang-orang
tersebut tentu tidak melihat ataupun belum menikmati manfaat dahsyat
dari kegiatan belajar. Dalam dunia bisnis, belajar telah menjadi
keharusan. Tanpa belajar, pelaku bisnis dapat dipastikan akan jauh
tertinggal dan tersingkir dari persaingan. Sebab, belajar menumbuhkan
inovasi yang melahirkan perubahan positif yang diperlukan dalam
berbisnis.
Peneliti, D.A. Benton, telah mensurvei para CEO (Chief
Executives Officers) dari berbagai bidang industri. Hasilnya
menunjukkan bahwa belajar merupakan salah satu kebiasaan penting
mereka. Pemimpin perusahaan yang efektif senantiasa mengembangkan diri
dengan belajar. Mereka banyak mendapatkan manfaat dan kesuksesan dari
aktivitas ini. Begitu pula dengan tokoh-tokoh penting. Mereka sangat
menyadari bahwa belajar telah menjadikannya kaya dengan pengetahuan.
Orang sekitar kita pun akan melihat dan merasakan “aset” pengetahuan
yang kita miliki sehingga mereka akan datang kepada kita untuk
mendapatkan “solusi” yang mereka cari. Jadi, untuk sukses di bidang
apa pun, seseorang niscaya harus belajar. Terlebih lagi dengan para
guru berada di garda depan pendidikan, tentu dituntut memutakhirkan
ilmu pengetahuannya. Demikian juga dengan para siswa yang akan
menjalani kehidupan yang lebih kompleks dan kompetitif. Semestinya,
tradisi itu melembaga dalam dirinya.
Sayangnya, belajar di pendidikan formal tidak selalu memberikan
pengalaman yang menyenangkan dalam hidupnya. Banyak di antara para
siswa mengalami keterpaksaan, kejenuhan, dan kefrustasian dalam
menjalaninya. Pengalaman belajar demikian jelas bukan hal yang
menyenangkan. Seseorang tidak akan mudah berkonsentrasi belajar jika
ia merasa terpaksa. Pengalaman ini tentu memberikan preseden yang
buruk bagi pengembangan belajarnya di masa mendatang. Oleh karena itu,
para guru dan orang tua seyogianya harus berikhtiar, bagaimana agar
belajar menjadi hal yang menyenangkan, atau meski tetap terpaksa,
tetapi dapat menjadi lebih mudah dan efektif.
Apa yang bisa kita lakukan? Pernahkah kita mengamati gaya belajar anak
atau siswa kita ketika mempelajari sesuatu? Bersuarakah mulut mereka
ketika sedang menghafal sesuatu? Seringkah mereka belajar sambil
menulis-nulis di selembar kertas kosong? Atau mereka
belajar/menghafal, cukup dengan membaca (sambil diam konsentrasi)
saja? Analisis itu penting. Sebab tiap orang punya intelegensi dan
gaya belajar yang berbeda-beda. Hal ini dapat terbentuk dari cara
yang juga berbeda-beda. Dengan memahami intelegensia siswa secara
individu dan cara belajarnya, berarti kita dapat memberi cara belajar
yang berbeda-beda padasiswa.
Dalam kerangka itulah, penting kiranya para orang tua dan
guru di sekolah mulai mengembangkan pengelompokan kelas berdasarkan
gaya belajar siswanya. Langkah pertama, guru mengidentifikasi gaya
belajar siswa dengan angket, wawancara, atau observasi. Kedua,
mengelompokkan siswa dalam kelas tertentu yang sesuai dengan gaya
belajar siswa. Ketiga, melakukan proses pembelajaran sesuai dengan
karakter kelasnya. Keempat, mengoptimalkan gaya belajar siswa. Para
guru jangan hanya merasa cukup tahu tentang tipe-tipe gaya belajar
siswa, tetapi lebih jauh lagi mempraktikkannya di sekolah secara
konsisten dan sungguh-sungguh. Belajarlah dengan penuh kegembiraan!

Belum Ada Tanggapan to “GAYA BELAJAR”

Tinggalkan komentar